FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MIKROBA YANG BERPERAN DALAM PENGOLAHAN PANGAN
I.
FACTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MIKROBA
Tiap-tiap makhluk hidup itu
keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya, terlebih-lebih
mikro organisme. Makhlukmakhluk halus ini tidak dapat menguasai faktor-faktor
luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan
sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah dengan
menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian
diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi
dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk
morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun menurun. Kehidupan bakteri
tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis menimbulkan panas
di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium
tempat ia hidup, perubahan ini di sebut perubahan secara kimia.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba meliputi unsur-unsur nutrisi
dan faktor lingkungan yaitu faktor-faktor
biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas
mahluk-mahluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor
alam (fisika) dan faktorfaktor kimia.
A .Faktor Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk
hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah :
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah
kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba hingga
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan
adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh
berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir
sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.
A.
Faktor-Faktor
Abiotik.
Faktor
abiotik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat fisika
dan kimia. Di antara faktor-faktor yang perlu di perhatikan ialah suhu, pH,
tekanan osmose, pengeringan, sinar gelombang pendek, tegangan muka dan daya
oligodinamik.
a.
Suhu
Masing-masing mikrobia memerlukan
suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan suatu mikrobia dapat di bedakan
dalam suhu minimum, optimum dan maksimum. Daya tahan terhadap suhu itu tidak
sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan
beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60°C, sebaliknya ,bakteri yang
membentuk spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah
di panasi dengan uap 100°C atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk
sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap
spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta
suhu 121°C di dalam autoklaf.
Berdasarkan ketahanan panas ,maka mikroba
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
- Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC
- Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC
selama 10-20 menit.
- Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
- Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
- Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
- Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
Suhu
dapat mempengaruhi mikroba
dalam dua cara yang berlawanansebagai berikut :
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan diperlambat.
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu :
·
Suhu minimum yaitu suhu
yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan terhenti.
·
Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum. (Disebut
juga suhu inkubasi)
·
Suhu maksimum yaitu
suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhan tidak terjadi.
Tabel 1 : Penggolongan bakteri menurut suhu
Kelompok
|
Suhu Minimum
|
Suhu Optimum
|
Suhu Maksimum
|
Psikrofil
|
- 15o C.
|
10o C.
|
20o C.
|
Psikrotrof
|
- 1o
C.
|
25o
C.
|
35o
C.
|
Mesofil
|
5 – 10o C.
|
30 – 37o C.
|
40o C.
|
Thermofil
|
40o
C.
|
45 –
55o C.
|
60 –
80o C.
|
Thermotrof
|
15o C.
|
42 – 46o C.
|
50o C.
|
Suhu tinggi di atas suhu maksimum mengakibatkan
- Titik kematian thermalSuhu yang dapat mematikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu.
- · Waktu kematian thermalWaktu yang diperlukan untuk membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap.Suhu rendah mengakibatkan· Cold shockPenurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik· Pembekuan (freezing)Rusaknya sel dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler· Lyofilisasi· Proses pendinginan di bawah titik beku dalam keadaan vakum secara bertingkat.· Proses pengawetan mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi)a. pH (derjat keasaman)Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH 6,5 – 7,5; khamir pada pH 4,0 – 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah pH yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya dapat dibedakan mikrobia yaitu:· asidofil, tumbuh pada pH 2,0 – 5,0· mesofil ( neutrofil ) tumbuh pada pH 5,5 – 8,0· alkalofil tumbuh pada pH 8,4 – 9,5Untuk menahan perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH.
Istilah pH pada suatu symbol untuk derajat keasaman atau alkanitas suatu larutan; pH=log (1/[H+]) dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air suling ialah 7,0 (netral); cuka 2,25; sari tomat, 4,2; susu, 6,6; natrium bikarbonat (0,1N), 8,4; susu magnesia, 10,5.Tabel 2. Nilai pH untuk pertumbuhan mikrobiaMikrobiapH minimumpH maksimumBakteri:· Escherichia coli· Salmonella typhi· Streptococcus lactis· Lactobacillus spp.· Thiobacillus thiooxidans4,44,54,3 – 4,83 0< 1,09,08,07,29,8Jamur1,5-2,011,0Yeast1,58,0-8,5Acontium velatum (fungi)0,2-0,77,0
Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar mikrobia tumbuh dengan
baik pada pH sekitar 7,0 (6,6 – 7,5), sedangkan sebagian kecil tumbuh di bawah
pH 4,0. Bakteri cenderung lebih rewel daripada jamur dan yeast. Bakteri
pathogen merupakan mikrobia yang paling rewel dalam hubungannya dengan pH. pH
optimum untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri terletak antara 6,5 – 7,5.
Namun beberapa spesies bakteri dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam atau
sangat alkali. Bagi sebagian besar bakteri, nilai pH minimum dan maksimum
adalah antara 4 dan 9.
Tabel
3. pH minimum, optimum, dan maksimum untuk
pertumbuhan beberapa spesies bakteri
Spesies
bakteri
|
Kisaran
pH untuk pertumbuhan
|
||
pH minimum
|
pHoptimum
|
pH maksimum
|
|
Thiobacillus
thiooxidans |
0,5
|
2,0-3,5
|
6,0
|
Acetobacter
aceti |
4,0-4,5
|
5,4-6,3
|
7,0-8,0
|
Staphylococcus
aureus |
4,2
|
7,0-7,5
|
9,3
|
Azotobacter
spp |
5,5
|
7,0-7,5
|
8,5
|
Chlorobium
limicola |
6.0
|
6,8
|
7,0
|
Thermus
aquaticus |
6,0
|
7,5-7,8
|
9,5
|
Bila bakteri ditumbuhkan pada suatu medium yang mula-mula pH
disesuaikan misalnya pH 7, maka mungkin sekali pH ini akan berubah karena
adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya.
Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikrobia. Pergeseran pH ini dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga
dalam medium, misalnya kombinasi garam fosfat berupa KH2PO4 dan KHPO4, atau
pepton. Larutan penyangga merupakan senyawa atau pasangan senyawa yang dapat
menahan perubahan pH.
Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah
faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan di dalam penyediaan
kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri. Beberapa kelompok
bakteri mempunyai persyaratan tambahan. Sebagai contoh, organisme
fotoautotrofik (fotosintetik) harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya
adalah sumber energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan
tekanan osmotik (tenaga atau tegangan yang terhimpun ketika air berdifusi
melalui suatu membran) atau tekanan hidrostatik (tegangan zat alir). Bakteri
tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan dijumpai di air asin, wadah berisi
garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau air asin, hanya tumbuh bila
mediumnya mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Air laut mengandung 3,5
persen natrium klorida; di danau air asin, konsentrasi natrium kloridanya dapat
mencapai 25 persen. Mikroorganisme yang membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya
di sebut halofil obligat – mereka tidak akan tumbuh kecuali bila konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat
tumbuh dalam larutan natrium kloride tetapi tidak mensyaratkannya disebut
halofil fakultatif – mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi
atau rendah. Ini menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah
diisolasi bakteri dari parit-parit terdalam dilautan yang tekanan
hidrostatiknya mencapai ukuran ton meter persegi.
a.
Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai
kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan
kelembaban yang tinggi diatas 85°C, sedangkan untuk jamur dan aktinomises
diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80°C. Kadar air bebas didalam lautan
(aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan
uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada
umumnya terletak diantara 0,90 – 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik
mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering
untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora,
klamidospora dan kista. Seperti halnya dalam pembekuan, proses pengeringan
protoplasma, menyebabkan kegiatan metaobolisme terhenti. Pengeringan secara
perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan
pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
b.
Tekanan
osmosis
Pada umumnya mikrobia
terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis. Karena sel-sel
mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel mengalami
plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat
menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada
larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang
paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel
bakteri. Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik
terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau
larutan gula yang agak pekat sangat mudah menyebabkan terjadinya plasmolisis
ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat
menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami
plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan
air murni itu tidak cocok karena , yang digunakan seharusnyalah medium cair.
Perubahan nilai
osmosis larutan medium tidak terjadi begitu saja, akan tetapi perlahan-lahan
sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri,
sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak.
a.
Senyawa
toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu,
Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat rendah akan bersifat toksis
terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan
gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya
ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat dan benzoat mempengaruhi
kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya perbedaan sifat fisiologi yang
besar pada masing-masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion tadi juga
berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga berbeda-beda, tergantung pada jenis
logamnya. Ada beberapa senyawa asam organik seperti asam benzoat, asetat dan
sorbet dapat digunakan sebagai zat pengawet didalam industry bahan makanan.
Sifat meracun ini bukan disebabkan karena nilai pH, tetapi merupakan akibat
langsung dari molekul asam organik tersebut terhadap gugusan didalam sel.
b.
Tegangan
permukaan
Tegangan muka
mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai membran yang elastis,
sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Protoplasma
mikroorganisme terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel. Dengan adanya
perubahan bahan pada tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi permukaan
protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perubahan bentuk
morfologinya. Bakteri yang hidup didalam alat pencernaan dapat berkembangbiak
didalam medium yang mempunyai tegangan permukaan relatif rendah. Tetapi
kebanyakan lebih menyukai tegangan permukaan yang relatif tinggi.
a. Tekanan
hidrostatik dan mekanik
Beberapa jenis
mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan tekanan lebih dari
1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik. Selain itu tekanan
yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan
diatas 7500 kg tiap cm persegi dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahan-perubahan
ini mempengaruhi proses biologi sel jasad hidup.
b. Kebasahan
dan kekeringan
Bakteri
sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam
air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di
sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah
bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering.
Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu
kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas kaca obyek.
Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam keadaan
kering
Pada proses
pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan metabolisme
berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel. Tetapi
ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang
membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan
matinya bakteri karena kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada
dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada di
dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa,
apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya
lebih buruk daripada pengeringan di dalam gelap.Pengeringan pada suhu tubuh
(37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih buruk daripada pengeringan pada suhu
titik-beku. Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan
di dalam vakum ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya
merupakan faktor-maut.
a. Ketersediaan
Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik
sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal
ini digolongkan menjadi :
1) Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada
oksigen bebas.
2) Anaerob :
hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas
3) Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau
tanpa oksigen bebas.
4) Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada
oksigen dalam jumlah kecil.
A. Faktor
biotik
Faktor-faktor
biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia)
atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara jasad. Asosiasi dapat dalam bentuk komensalisme, mutualisme, parasitisme, simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme.
atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara jasad. Asosiasi dapat dalam bentuk komensalisme, mutualisme, parasitisme, simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme.
Interaksi dalam Satu
Populasi Mikroba
Interaksi positif antar jasad dalam satu populasi yang sama
·
Interaksi
positif menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya.
·
Meningkatnya
kepadatan populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
·
Interaksi
positif disebut juga kooperasi.
-
Sebagai
contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhan pada
fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif antar jasad dalam satu populasi yang sama
·
Interaksi
negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya
kepadatan populasi.
-
Misalnya
populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk
metabolik yang meracun.
·
Interaksi
negatif disebut juga kompetisi
Macam-macam interaksi yang terjad antar
mikroba sbb:
·
Komensalisme
Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana
salah satu jenis mendapatkan keuntungan sedang lainnya tidak mendapat
keuntungan atau kerugian.
·
Mutualisme
Merupakan bentuk assosiasi dimana masing-masing
jenis mendapat keuntungan. Sering simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk
assosiasi yang mutualistik, tetapi sekarang orang lebih banyak menggunakan
istilah mutualisme. Sebagai contoh mutualisme antara bakteri Rhizobium dengan
polong-polongan.
·
Parasitisme
Merupakan bentuk assosiasi diantara parasit dengan
jasad inang. Jasad parasit yang obligat dapat merusak jasad inang dan pada
akhirnya memusnahkan. Keadaan ini akan dapat pula memusnahkan (melenyapkan)
parasitnya sendiri, karena jasad inang sebagai sumber kehidupannya.
·
Simbiosis
Simbiosis ialah asosiasi antara dua atau lebih
jasad (mikrobia) di mana satu jenis (spesies) di antara jasad yang berasosiasi
tersebut mendapat keuntungan, Sedangkan jasad yang lain mungkin mengalami
kerugian atau tidak, tergantung pada macamnya simbiose. Simbiose dapat
dibedakan tiga macam, ialah komensalisme, mutualisme, dan parasitisme.
·
Sinergisme
Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang
menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk melakukan perubahan kimia tertentu
dalam suatu subtrat atau medium. Tanpa sinergisme masing-masing mikkrobatidak
mampu melakukan perubahan tersebut.
- Antibiosis
Antibiosis disebut juga antagonisme atau
amensalisme ialah suatu bentuk asosiasi antara jasat
(mikroba) yang menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut terbunuh.
terhambat pertumbuhannya atau mengalami gangguan-gangguan yang lain. Contohnya
adanya pembentukan toksindan sat-sat antibiotika oleh salah satu mikroorganisme
pada suatu asosiasi
·
Sintropisme
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau
mutualnutrition ialah bentuk asosiasi yang lebih komplek . sebab biasanya
terdiri atas berjenis-jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lainnyaakan
saling menstimulasi kegiatan {pertumbuhan}-nya misalnya mikrobia jenis pertama
akan menguraikan suatu subtrad yang hasilnya dapat digunakan dan di uraikan
oleh mikrobia jenis kedua dan yang hasil hasilnya dapat digunakan oleh mikrobia
jenis ketiga dan seterusnya yang hasil hasilnya akhirnya dapat menstimulasi
kegiatan mikrobia jenis pertama.
I.
KURVA
DAN FASE PERTUMBUHAN MIKROBA
Pertumbuhan merupakan proses perubahan
bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar. Pertumbuhan menyangkut
pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan pada umumnya
tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi
makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme
akan tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan sempu
Pertumbuhan
mikroorganisme yang bersel satu berbeda dengan mikroorganisme yang bersel
banyak (mult iseluler). Pada mikroorganisme yang bersel satu (uniseluler)
pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya sel tersebut. Setiap sel tunggal
setelah mencapai ukuran tertentu akan membelah menjadi mikroorganisme yang
lengkap, mempunyai bentuk dan sifat fisiologis yang sama. Pertumbuhan jasad
hidup, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pertumbuhan sei secara individu dan
pertumbuhan kelompok sebagai satu populasi.
Pertumbuhan sel
diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagian-bagian sel lainnya,
yang diartikan pula sebagai penambahan kuantiatas isi dan kandungan didalam selnya. Pertumbuhan
populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu, misal dari satu sel
menjadi dua, dari dua menjadi empat ,empat menjadi delapan, dan seterusnya
hingga berjumlah banyak.
Penambahan dan pertumbuhan jumlah sel mikroorganisme pada umumnya
dapat digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang terdiri dari 5 fase yaitu
fase lag (adaptasi/penyesuaian), fase eksponensial (logaritmik), fase
pengurangan pertumbuhan, fase stasioner dan yang terakhir fase kematian.
A. Lima fese pertunbuhan
mikroba:
Uraiannya sbb:
1.
Fase lag (fase masa persiapan, fase adaptasi, adaptation phase)
Pada fase ini laju pertumbuhan belum memperlihatkan pertumbuhan ekponensial,
tetapi dalam tahap masa persiapan. Hal ini tergantung dari kondisi permulaan,
apabila mikroorganisme yang ditanami pada substrat atau medium yang sesuai,
maka pertumbuhan akan terjadi. Namun sebaliknya apabila diinokulasikan
mikroorganisme yang sudah tua meskipun makanannya cocok, maka pertumbuhannya
mikroorganisme ini membutuhkan masa persiapan atau fase lag. Waktu yang
diperlukan pada fase ini digunakan untuk mensintesa enzim. Sehingga mencapai
konsentrasi yang cukup untuk melaksanakan pertumbuhan ekponensial. Fase ini
berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung dari jenis
mikroorganisme serta lingkungan yang hidup.
Selama fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara
nyata terlihat. Karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi
(penyesuaian) ataupun fase-pengaturan jasad untuk suatu aktivitas didalam
lingkungan yang mungkin baru. Sehingga grafik selama fase ini umumnya mendatar.
2. Fase Eksponensial atau Logaritmik
Pada setiap akhir persiapan sel mikroorganisme akan membelah
diri.masa ini disebut masa pertumbuhan, yang setiap selnya tidak sama dalam
waktu masa persiapan.Sehingga secara berangsur-angsur kenaikan jumlah populasi
sel mikroorganisme ini mencapai masa akhir fase pertumbuhan mikroorganisme.
Setelah setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
selama fase lag, maka mulailah mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan
jumlah individu sel sehingga kurva meningkat dengan tajam (menanjak).
Peningkatan ini harus diimbangi dengan banyak faktor, antara lain:
-
Faktor biologis, yaitu bentuk
dan sifat jasad terhadap lingkungan yang ada, serta assosiasi kehidupan di
antara jasad yang ada kalau jumlah jenis lebih dari sebuah.
-
Faktor non-biologis, antara
lain kandungan sumber nutrien di dalam media, temperatur, kadar oksigen,
cahaya, dan lain sebagainya.
Jika faktor-faktor di atas
optimal, maka peningkatan kurva akan nampak tajam seperti gambar. Pada fase ini
pertumbuhan secara teratur telah tercapai. Maka pertumbuhan secara ekponensial
akan tercapai. Pada fase ini menunjukkan kemampuan mikroorganisme berkembang
biak secara maksimal. Setiap sel mempunyai kemampuan hidup dan berkembang biak
secara tepat.
3. Fase pengurangan
pertumbuhan
Fase pengurangan
pertumbuhan akan terlihat berupa keadaan puncak dari fase logaritmik sebelum
mencapai fase stasioner, dimana penambahan jumlah individu mulai berkurang atau
menurun yang di sebabkan oleh banyak faktor, antara lain berkurangnya sumber
nutrien di dalam media tercapainya jumlah kejenuhan pertumbuhan jasad. Fase
tumbuh reda akan terlihat dimana fase logaritma mencapai puncaknya, maka
zat-zat makanan yang diproduksi oleh setiap sel mikroorganisme akan
mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme, sehingga pada masa pertumbuhan ini reda
atau dikatakan sebagai fase tumbuh reda.
4. Fase stasioner
Yaitu mengalami pengurangan sumber nutrien. Artinya, sumber nutrien
yang ada untuk mikrobia mengalami kehabisan atau tidak ada yang menambahi
sehingga mikrobia tidak bisa melakukan pertumbuhan namun juga tidak secara langsung
mengalami kematian. Maka dari itu kurva grafik mendatar, artinya tidak naik
karena tidak adanya pertumbuhan dan tidak turun karena tidak secara langsung
mengalami kematian.
5. Fase kematian
Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan
mencapai jumlah yang konstan, sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetap
maksimum pada masa tertentu. Setelah masa dilampaui, maka secara perlahan-lahan
jumlah sel yang mati melebihi jumlah sel yang hidup. Fase ini disebut fase
kematian dipercepat. Fase kematian dipercepat mengalami penurunan jumlah sel,
karena jumlah sel mikroorganisme mati. Namun penurunan jumlah sel tidak
mencapai nol, sebab sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi dan tetap hidup
dalam beberapa saat waktu tertentu. Pada fase ini merupakan akhir dari suatu
kurva dimana jumlah individu secara tajam akan menurun sehingga grafik
tampaknya akan kembali ke titik awal lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. (Online) http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi
pertumbuhan-mikroba/trackback/ (Diakses tanggal 28 januari 2012)
Sutriyati.2010.
BAHAN AJAR MIKROBIOLOGI PANGAN. Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta(jurnal
pdf)( Diakses tanggal 28 januari 2012)
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum.
Universitas Muhammadiyah Malang Prees. Malang.
Effendi,
Mas’ud.-. Faktor Lingkungan Mikroba .Agroindustri Produk Fermentasi TIP – FTP –
UB(jurnal pdf)( Diakses tanggal 28 januari 2012)
bagus... tingkatkan masbro...
ReplyDeletewww.tafshare.com