Reaksi Mailard
Reaksi Maillard
Artikel
Rahmal Tayandi
Rahmal Tayandi
Oke kali ini saya
akan membahas sedikit banyak tentang suatu reaksi yang mungkin menjadi dilemma
bagi kita sebagai anak teknologi pangan, yang disebut sebagai reaksi browning
atau pencoklatan akibat reaksi Maillard pada beberapa produk pangan....
Mungkin masih
bertanya ya kok dilemma..??yok kita cba bhas...
Reaksi Maillard ditemukan oleh pakar biokimia Perancis
Louiss Camille Maillard. Reaksi ini
merupakan reaksi kimia yang terjadi antara asam amino dan gula
tereduksi, biasanya pada suhu yang tinggi.
Dimana gugus karbonil dari glukosa bereaksi dengan gugus nukleofilik grup amino
dari protein yang menghasilkan warna dan aroma yang khas; proses ini
berlangsung dalam suasana basa. Mekanisme
terjadiya reaksi ini sangat kompleks, gula amin akan mengalami denaturasi,
siklisasi, fargmentasi, dan polimerisasi sehingga terbentuk kompleks pigmen
yang disebut melanoidin.
Glukosa dapat
mengalami reaksi Maillard, sedangkan Sukrosa tidak dapat mengalami reaksi
Maillard. Menurut Winarno (1997), glukosa memiliki sifat pereduksi sedangkan
sukrosa tidak memiliki sifat pereduksi. Komponen gula yang dapat melangsungkan
reaksi Maillard adalah gula yang memiliki sifat pereduksi, seperti glukosa. Secara umum
molekul gula yang lebih kecil akan lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan
molekul gula yang lebih besar (Eriksson, 1981).
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat
mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah
ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa) kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan
berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula
pereduksi yang dihasilkan. (Lehninger, 1997)
Skema
sederhana terjadinya reaksi ini dapat kita gambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan skema
sederhana diatas reaksi Maillard terjadi sebagai akibat keberadaan gula reduksi yang mengandung ujung karbonil bebas dalam
bentuk aldehid dan keto kemudian bereaksi dengan gugus amine bebas pada asam
amino, maka
terbentuklah melanoidin (brown pigment).
Secara rinci berikut tahapannya:
1. Sutu aldosa
bereaksi bolak-balik dengan asam amino atau dengan suatu gugus amino dari
protein sehingga menghasilkan basa Schiff.
2. Perubahan
terjadi menurut reaksi Amadori sehingga menjadi amino ketosa.
3. Dehidrasi dari
hasil reaksi Amadori membentuk turunan-turunan furfuraldehida, misalnya dari
heksosa diperoleh hidroksi metil furfural.
4. Proses
dehidrasi selanjutnya menghasilkan hasil antara metil α-dikarbonil yang diikuti penguraian menghasilkan
reduktor-reduktor dan α-dikarboksil
seperti metilglioksal, asetol, dan diasetil. Aldehid-aldehid aktif dari 3 dan 4 terpolemerisasi tanpa
mengikutsertakan gugus amino (disebut kondensasi aldol) atau dengan gugus amino membentuk senyawa berwarna
cokelat yang disebut melanoidin.
Sebagaimana
gambar diatas pembentukan reaksi Maillard akan menghasilkan senyawa melanoidin dan 5-hidroksimetil-2-Furfuraldehid.Terbentuknya
senyawa ini selama proses pengolahan pangan kadang dikehendaki dengan alasan
sifat sensoris yang ditimbulkannya berkaitan dengan pembentukan warna
kecoklatan dan aroma yang dituntut
konsumen, nah inilah yang sebelumnnya saya katakan dilemma,karena disatu sisi
hal ini dituntut oleh konsumen namun disisi lain dari segi gizi,gula reduksi
yang telah berikatan dengan asam amino membentuk reaksi Maillard ini akan
kehilangan fungsi fisiologisnya sebagai sumber energi didalam tubuh.
Oleh karena itu terjadiya reaksi ini secara
berlebihan perlu kita cegah salah satunya yaitu dengan penambahan natrium metabisulfit dapat diaplikasikan
pada bahan pangan.Menurut catrien, dkk (2008), natrium metabisulfit merupakan salah satu
zat anti-browning yang dapat
menghambat reaksi Maillard. Semakin tinggi konsentrasi natrium metabisulfit yang
ditambahkan, maka penghambatan reaksi Maillard akan semakin efektif. Menurut
Batles (1982), natrium metabisulfit akan beraeksi dengan hasil penguraian asam
amino, memecah senyawa berkondensasi membentuk melanoidin, dan bergabung dengan
grup karbonil pada aldosa.
DAFTAR PUSTAKA
Beatles, W. 1982.Chemical
Change in Food by The Maillard Reaction. Food Chemistry, 9, 59-73.
Catrien, dkk. 2008. Reaksi Maillard Pada Produk Pangan. Institut Pertanian Bogor :
Bogor
Eriksson, C, 1981. Maillard
Reaction in Food: Chemical, Physiological and Technological Aspect.
Pergamon press, Oxford
Lehninger, A.L. 1997. Dasar-dasar Biokimia (edisi ke-Jilid 1,
diterjemahkan oleh M. Thenawidjaja). Jakarta: Erlangga. hlm. 313.
Novita,Nina,dkk.2011. Reaksi browning pada proses pembuatan bakpia.Jurusan teknologi pangan dan hasil
pertanian,FTP.UGM
Prangdimurti, E., F.
R. Zakaria, dan N. S. Palupi. 2007. Modul
E-learningEvaluasi Nilai Gizi Biologis pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian IPB : Bogor.
Widagdo, Puguh. 2010.
http://puguh90.blogspot.com/2010/05/apa-itu-browning.html.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Apa peranan Furfural dan HMF di dalam mekanisme reaksi maillard ini?
ReplyDeletemakasiii yandi :D jawaban tugas TBU kakakakakakakak :)) ekaaaaaaaaaaaa :p
ReplyDelete